Perlukah Mengubah Diri untuk Pasangan
Untuk mempertahankan dan menjalani sebuah hubungan tentu banyak penyesuaian yang perlu dilakukan. Bagi beberapa hubungan mengubah diri demi pasangan memang berhasil, namun tidak jarang berujung pada kekecewaan.
Salah satu dialog yang cukup dikenal adalah “I change who I was for you!” atau “Aku berubah demi Kamu!”.
Setidaknya itu yang diungkapkan dengan amarah oleh Miranda Hobbes, karakter fiksi di film Sex and The City, kepada suaminya yang telah diketahui selingkuh darinya.
Pembahasan mengubah diri untuk pasangan menjadi menarik dan perlu diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi psikologis. Namun, apakah mengubah diri untuk pasangan itu benar-benar perlu?
Bagaimana dampaknya pada kesehatan mental dirinya? Dalam artikel ini Psikolog Iswan Saputro akan menjelajahi pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan lebih mendalam.
Mengapa Orang Mengubah Diri untuk Pasangan?
Motivasi untuk mengubah diri, mulai dari perilaku hingga penampilan demi pasangan dipengaruhi oleh banyak hal. Berikut alasan seseorang mengubah dirinya untuk pasangan:
1. Penerimaan dan ekspresi cinta
Alasan yang sering ditemui adalah karena ekspresi rasa cinta kepada pasangan. Hal ini sering mendasari seseorang ingin mengubah dirinya untuk diterima dan memenuhi harapan pasangan.
Seiring berjalannya waktu akan dihadapkan dengan banyaknya penyesuaian dan ekspektasi dalam hubungan sehingga membuat seseorang mulai mengubah dirinya.
2. Kurang percaya diri
Rendahnya kepercayaan diri bisa membuat seseorang merasa harus mengubah dirinya untuk pasangan. Demi memenuhi ekspektasi pasangan dapat mendorong seseorang untuk mengubah penampilan fisik, perilaku, atau bahkan nilai-nilai hidup agar selaras.
3. Tekanan sosial dan budaya
Tidak bisa dipungkiri standar sosial dan bahkan budaya dapat membuat seseorang perlu menyesuaikan dirinya dalam suatu hubungan.
Hal ini didasari setiap lingkungan sosial memiliki definisi “ideal” yang berbeda dan seringkali menjadi alasan seseorang untuk mengubah dirinya dalam suatu hubungan.
Adanya media sosial juga mempengaruhi tentang standar ideal dari sebuah hubungan dan hal yang perlu dimiliki oleh seseorang sebagai pasangan.
Dampak Negatif Mengubah Diri untuk Pasangan
Tidak selamanya mengubah diri untuk pasangan sebagai pembuktian sikap romantis atau komitmen. Jika dilakukan tanpa didasari alasan dan pondasi yang kuat, ada dampak negatif yang perlu dipertimbangkan.
1. Kebingungan jati diri
Ketika mengubah diri terlalu berlebihan dapat membuat seseorang bingung atas jati dirinya. Kemudian, seseorang akan lebih banyak mengikuti apa yang diharapkan pasangan atau standar sosial agar mendapatkan penerimaan atau pengakuan.
2. Cemas akan penolakan
Menjaga perubahan yang sebenarnya mungkin tidak sesuai dengan kondisi diri dapat memicu munculnya rasa cemas dalam hubungan. Kekhawatiran akan mendapat penolakan menjadi sumber stres dan kelelahan secara emosional.
3. Ketidakseimbangan dalam hubungan
Jika perubahan hanya terjadi pada satu pihak dalam hubungan, ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan yang merugikan.
Pasangan yang mengubah diri mungkin merasa bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dihargai, yang dapat menyebabkan ketidakpuasan dan konflik dalam hubungan.
Kapan Perubahan Diri Bisa Positif?
Disisi lain perubahan dalam diri karena pasangan juga bisa membawa pengaruh positif. Tentu dengan mempertimbangkan beberapa hal agar sebuah perubahan tidak menjadi sebuah beban psikologis dalam hubungan.
1. Perubahan yang disepakati bersama
Jika dikomunikasikan dan telah disepakati bersama, perubahan menjadi sesuatu yang membuat pasangan termotivasi dan menyenangkan untuk dilakukan.
Alasan dan harapan yang jelas juga membuat sebuah perubahan terasa realistis dan membawa manfaat dalam hubungan kedepannya. Misalnya, mengubah kebiasaan merokok untuk alasan kesehatan bersama dan mengelola keuangan lebih baik.
2. Perubahan yang meningkatkan nilai kebaikan
Pasangan dapat menjadi motivasi dan support system dalam perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri. Perubahan yang memotivasi untuk berproses menjadi lebih baik laik untuk diperjuangkan dalam hubungan.
Misalnya, saling memperbaiki diri untuk lebih disiplin, manajemen keuangan yang lebih baik, dan memiliki gaya hidup sehat.
3. Perubahan berdasarkan kesadaran sendiri
Sumber motivasi terbaik ketika berasal dari kesadaran sendiri (intrinsic motivation) dibandingkan memenuhi ekspektasi atau tuntutan sosial.
Perubahan yang dilakukan akan membawa seseorang menjadi versi terbaiknya dan mendapatkan kepuasaan dari prosesnya.
Mengubah diri untuk pasangan adalah isu yang kompleks dan sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebutuhan emosional, tekanan sosial, dan budaya.
Yang terpenting adalah memastikan bahwa perubahan tersebut dilakukan dengan kesadaran diri yang kuat dan tidak mengorbankan identitas dan kesehatan mental kita.
Hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling mendukung dan menerima satu sama lain apa adanya, sembari bersama-sama berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita masing-masing.
Oleh karena itu, penting untuk terus berkomunikasi secara terbuka dengan pasangan kita dan mengambil langkah-langkah yang mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan kita.