BPBD Banten Minta Warga Tak Panik Adanya Potensi Gempa Megathrust
KOTA SERANG,- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan terkait potensi gempa Megathrust di Indonesia. Informasi dari BMKG tersebut memperkirakan Megathrust Selat Sunda dapat memicu gempa dengan kekuatan M 8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut M 8,9.
Informasi yang dikeluarkan oleh BMKG juga menyebut, gempa megathrust dapat berpotensi mengguncang Indonesia khususnya Provinsi Banten. Hal itu dapat dilihat dari seismic gap Megathrust Selat Sunda yang belum menunjukkan aktivitas gempa besar dalam ratusan tahun terakhir.
Menanggapi hal itu, Kepala Pelaksana BPBD Banten, Nana Suryana tidak menampik adanya potensi Megathrust itu. Dirinya menyampaikan, gempa ini dapat menyebabkan bencana alam berupa tsunami yang dapat dirasakan disemua wilayah Banten juga daerah sekitar seperti Jawa Barat dan Jakarta.
“Berdasarkan informasi yang dikeluarkan BMKG bahwa adanya potensi Megathrust di Mentawai dan Selat Sunda. Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata ‘tinggal menunggu waktu’ karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” kata Nana, Senin (19/08)
Meski demikian, Nana meminta kepada masyarakat tidak panik dengan informasi BMKG perihal potensi terjadinya gempa megathrust. Karena informasi yang dikeluarkan oleh BMKG ini bersifat potensi, bukan prediksi maupun peringatan dini.
“Masyarakat agar tetap tenang karena memang kuncinya tidak panik, dengan tetap memperhatikan sekitar lingkungan kita tinggal, terutama rumah-rumah kita pastikan bahwa kondisi aman pada saat jika terjadi gempa,” katanya.
Nana mengungkapkan simulasi kebencanaan menjadi kunci untuk menghadapi gempa. Melalui simulasi, masyarakat dapat mengetahui strategi penyelamatan diri. Selain itu, struktur bangunan yang dirancang harus berstandar untuk tahan gempa bum, sehingga resiko kerusakan maupun korban jiwa dapat diminimalisir.
“Simulasi itu kata kunci untuk melatih diri, ketika tiba-tiba gempa terjadi masyarakat tidak panik dan tahu strategi penyelamatan diri,” kata Nana.
Dikatakannya, pihaknya terus melakukan sosialisasi mitigasi bencana dan koordinasi antar-instansi sebagai upaya meminimalisasi risiko jika terjadi bencana khususnya di daerah rawan
“Kita tahu bahwa bukan gempa bumi yang mengakibatkan terjadinya korban jiwa, tetapi korban jiwa itu diakibatkan karena tertimpa reruntuhan. Maka mitigasi harus dilakukan dengan cara memastikan bahwa bangunan yang kita bangun memiliki struktur yang aman jika suatu saat terjadi gempa bumi,” pungkasnya. (Nani)